Cerita horor ini datang dari sekumpulan anak muda yang terdiri dari 5 orang bernama Devan, Bima, Sandi, Tasya dan Lala. Mereka berlima merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang sedang menghabiskan waktu liburan di sebuah villa milik keluarga Devan yang lokasinya cukup jauh dari perkotaan. Karena itulah, mereka memutuskan untuk menggunakan mobil pribadi dibandingkan harus naik transportasi umum.
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di vila tersebut, kelima anak tersebut disambut langsung oleh Mang Udin. Ya, dia merupakan penjaga villa keluarga Devan yang sudah bekerja selama bertahun – tahun. Dan karena lelah dengan perjalanan yang ditempuh, kelima anak tersebut memutuskan untuk beristirahat sambil membereskan barang – barang yang dibawa. Devan, Bima dan Sandi menggunakan kamar utama, sementara Tasya dan Lala memilih kamar di sebelahnya.
Karena waktu sudah berganti malam, Devan, Bima, Sandi, Tasya dan Lala langsung bersih – bersih dan memutuskan untuk berjalan – jalan di sekitar villa. Dan inilah awal mula cerita seram itu menghantui kelima anak muda tersebut. Dimana entah ada angin apa, Lala yang notabene masih bersikap manja dan kekanak – kanakan tiba – tiba saja tertarik untuk berkunjung ke pasar malam yang digelar tak jauh dari villa.
Kami Pergi Ke Pasar Malam Yang Ada Di Dekat Villa
Awalnya, Tasya menolak untuk pergi bersama lantaran ada hawa yang aneh dengan pasar malam tersebut. Ini wajar lantaran dari kelima anak muda tersebut, hanya Tasya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap makhluk gaib atau bisa dibilang anak indigo. Namun karena tidak tega dengan Lala, akhirnya Tasya mengiyakan permintaan sahabatnya itu.
Akhirnya kelima anak muda itu masuk ke pekarangan pasar malam yang digelar cukup meriah. Jika Bima, Sandi dan Lala begitu asyik dengan aneka wahana yang ada di pasar malam tersebut, hal ini jauh berbeda dengan Tasya dan Devan. Mereka berdua justru memilih untuk duduk di kursi panjang sambil memperhatikan ketiga temannya yang tengah asyik dengan wahana perahu goyang yang dinaiki. Sebenarnya, sudah sedari tadi Tasya merasa ada hal yang janggal dan tidak beres dengan pasar malam ini. Dan gerak gerik yang ditunjukkannya itu, berhasil membuat Devan mengerti hingga mengajak keempat sahabatnya kembali ke villa.
Meskipun masih memasang wajah kesal karena baru mencoba satu wahana di pasar malam, namun Lala akhirnya berhasil dibujuk untuk kembali ke villa. Sepulangnya dari pasar malam tersebut, kelima anak muda tersebut berpapasan dengan Mang Udin yang baru saja selesai membersihkan lampu villa.
Sebuah Percakapan Kami Dengan Penjaga Villa
“Habis darimana ini kok pada ceria semua?” Mang Udin bertanya dengan heran dan menggelengkan kepalanya.
“Ceria apanya mang. Nih si Lala susah diajak pulang gegara keasyikan main di pasar malam,” jawab Bima seolah puas mengejek Lala.
“Hah pasar malam? Pasar malam yang mana?”
“Itu mang pasar malam yang dekat jalan besar. Kenapa memangnya mang?” tanya
Tasya seolah ada hal aneh dengan pasar malam itu.
“Pasar malam itu sebenarnya angker. Memang sih, dulunya pasar malam itu pernah beroperasi dan ramai pengunjung. Namun karena ada kejadian ibu dan anak yang gantung diri di pasar malam itu dan sering ada penampakan wanita dan anak kecil, akhirnya pasar malam itu ditutup karena angker,” jelas Mang Udin.
“Ja..jadi pasar malam yang kita kunjungi tadi itu…?” Lala langsung takut ketika mendengar penuturan MangUdin.
Mendengar cerita horor dari Mang Udin, Tasya seolah membenarkan aura aneh yang tadi sempat ia rasakan ketika pertama kali menginjakkan kaki di pasar malam itu. Lantaran tak mau hal buruk terjadi, akhirnya kelima anak itu memutuskan untuk pulang ke kota dan meninggalkan villa malam itu juga.